Dibawah bulan yang belum menjadi purnama, sebuah mobil sedan berwarna hitam melaju kencang. Dengan kecepatan lebih dari 60 km/jam, roda-rodanya berhenti berputar secara mendadak. Sebersit bunyi kencang yang cukup panjang mengikir telinga
Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttt.... , kira-kira begitulah bunyi karet yang melapisi ban mobil jika beradu dengan aspal. Dari pintu kiri depan, seorang wanita berbaju hitam dengan rambut teramat kusut keluar paksa.
Tampak tas kecil berwarna senada dengan tank top yang dikenakannya menyusul dengan cara dilempar melalui jendela yang terbuka. Lalu kendaraan buatan Jepang itu kembali melaju. Meninggalkan gadis dengan rok mini berwarna merah sendiri di tepi jalan daerah duku atas.
Sesekali perempuan berusia kisaran dua puluh dua tahun itu mengusap kakinya yang lecet akibat bergesekan dengan aspal. Sambil meringis dia mencoba berjalan dengan terpincang-pincang hingga akhirnya tersadar, bahwa jalanan sekitarnya tak lagi ramai kendaraan umum. Ini jam setengah tiga pagi, dan perempuan itu memutuskan untuk duduk didepan Gedung BNI kawasan Duku atas. Dari dalam tasnya, wanita dengan make up yang tidak lagi membuatnya menawan mengambil sebungkus rokok menthol. Saat akan mempertemukan api pada batang rokok yang pangkalnya telah tertanam didalam bibir, sebuah suara memecah keheningan malam.
"Sedang apa kamu malam-malam disini?" suara khas lelaki tua dengan nada berat membuat sang gadis terbatuk-batuk karena asap rokok yang dihirupnya seperti tersangkut ditenggorokan. Dan saat wanita itu menengok ke arah asal muasal suara, diapun berteriak keras
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" dan................. : pingsan.
*
Hampir tiga puluh menit sepertinya gadis bertank top hitam itu hilang kesadaran, sampai saat dia membuka mata. Sosok yang tadi membuatnya berteriak masih berdiri kokoh disana. Baru akan kembali melanjutkan aksi teriaknya, sosok besar itu langsung berkata :
"Tenang, tenang! Ambil nafas, saya tidak mungkin menyakitimu"
Sang wanita mencoba menenangkan diri sekuat hati,
"Kamu setan ya?"
"Apa?!?!?! Sembarangan. Memang perempuan jaman sekarang tidak lagi pernah membaca buku?" sahut pria berbadan tegap dengan pose menghormat.
"Tunggu" wanita itu mencoba mengingat-ingat lebih dalam "YA!! aku pernah melihat kamu. Ya, ya, YA!! jawabnya sambil mulai tersenyum.
"Ah, akhirnya. Di buku apa kamu melihat gambarku?" tanya sosok dengan tinggi 6,5 meter itu.
"Bukan dibuku"
"Lalu?"
"Difilm naga Bonar!! Aku lihat deddy mizwar menggantung padamu dan menyuruhmu berhenti menghormat!!" jawab si wanita girang karena berhasil mengkorek memorinya.
"Aaah, ya ya. Pria tua yang film-filmnya masuk FFI kan?" tanya si patung
"Dia jurinya Pak ......."
"Jendral, panggil saya Jendral" potongnya cepat.
"Iya Jendral, dia jurinya"
"Oh, pantas. Mmmm, tunggu! kembali ke pertanyaan awal saya. Sedang apa kamu dikawasan ini malam-malam perempuan muda?"
"Tadi saya diusir dari mobil pelanggan"
"Pelanggan? pelanggan apa?" tanya Jendral besar itu.
"Ya pelanggan gitu deh, males bahasnya, Pokoknya diusir" jawab gadis itu dengan cuek sambil kembali menyalakan rokoknya.
"Gara-gara apa kamu sampai diusir begitu?" tanya si patung itu serius.
"Kena gigi" jawabnya santai.
Sekarang Jendral besar seberat empat ton yang berdiri sejak 2003 itu tampak salah tingkah.
"Mmmmmm, nak....., apakah kamu...."
"Pelacur? IYA" jawab si gadis dengan santai sambil menghembuskan asap.
"Bukan begitu, tapi anu...."
"Apa sih pak anu-anu? Intinya saya ini wanita yang kotornya udah ga bisa dibersihin dengan cara mandi sejuta ribu kali. Jadi kali ini, anda bisa menurunkan tangan karena saya tidak pantas untuk dihormati." kali ini suaranya lebih terdengar pelan. Seperti ada suatu yang mengganjal ditenggorokan. Hidungnya mulai memerah, dari mata yang indah itu tiba-tiba turun gerimis.
Wanita ini terus menghisap rokoknya dengan paksa, hanya karena dia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Kedua telapak tangannya dipakai untuk menutupi wajah. Dia menunduk, tak mampu menatap dunia yang dianggapnya telah memalingkan muka. Malam itu hening, sepi, seperti hatinya yang telah dia paksa pergi.
Menit-menit yang dia paksa diam telah berlalu, sang gadis menoleh kearah Seorang jendral besar milik bangsa ini, untuk memastikan dia tidak sendiri.
"Jendral, mengapa engkau masih saja belum berhenti menghormat?" tanyanya dengan bergetar
"Aku terlahir kembali untuk menghormat pada Kalian, Negara Indonesia yang berkilau. Termasuk, engkau..."(hartbreaker)
Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttt.... , kira-kira begitulah bunyi karet yang melapisi ban mobil jika beradu dengan aspal. Dari pintu kiri depan, seorang wanita berbaju hitam dengan rambut teramat kusut keluar paksa.
Tampak tas kecil berwarna senada dengan tank top yang dikenakannya menyusul dengan cara dilempar melalui jendela yang terbuka. Lalu kendaraan buatan Jepang itu kembali melaju. Meninggalkan gadis dengan rok mini berwarna merah sendiri di tepi jalan daerah duku atas.
Sesekali perempuan berusia kisaran dua puluh dua tahun itu mengusap kakinya yang lecet akibat bergesekan dengan aspal. Sambil meringis dia mencoba berjalan dengan terpincang-pincang hingga akhirnya tersadar, bahwa jalanan sekitarnya tak lagi ramai kendaraan umum. Ini jam setengah tiga pagi, dan perempuan itu memutuskan untuk duduk didepan Gedung BNI kawasan Duku atas. Dari dalam tasnya, wanita dengan make up yang tidak lagi membuatnya menawan mengambil sebungkus rokok menthol. Saat akan mempertemukan api pada batang rokok yang pangkalnya telah tertanam didalam bibir, sebuah suara memecah keheningan malam.
"Sedang apa kamu malam-malam disini?" suara khas lelaki tua dengan nada berat membuat sang gadis terbatuk-batuk karena asap rokok yang dihirupnya seperti tersangkut ditenggorokan. Dan saat wanita itu menengok ke arah asal muasal suara, diapun berteriak keras
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" dan................. : pingsan.
*
Hampir tiga puluh menit sepertinya gadis bertank top hitam itu hilang kesadaran, sampai saat dia membuka mata. Sosok yang tadi membuatnya berteriak masih berdiri kokoh disana. Baru akan kembali melanjutkan aksi teriaknya, sosok besar itu langsung berkata :
"Tenang, tenang! Ambil nafas, saya tidak mungkin menyakitimu"
Sang wanita mencoba menenangkan diri sekuat hati,
"Kamu setan ya?"
"Apa?!?!?! Sembarangan. Memang perempuan jaman sekarang tidak lagi pernah membaca buku?" sahut pria berbadan tegap dengan pose menghormat.
"Tunggu" wanita itu mencoba mengingat-ingat lebih dalam "YA!! aku pernah melihat kamu. Ya, ya, YA!! jawabnya sambil mulai tersenyum.
"Ah, akhirnya. Di buku apa kamu melihat gambarku?" tanya sosok dengan tinggi 6,5 meter itu.
"Bukan dibuku"
"Lalu?"
"Difilm naga Bonar!! Aku lihat deddy mizwar menggantung padamu dan menyuruhmu berhenti menghormat!!" jawab si wanita girang karena berhasil mengkorek memorinya.
"Aaah, ya ya. Pria tua yang film-filmnya masuk FFI kan?" tanya si patung
"Dia jurinya Pak ......."
"Jendral, panggil saya Jendral" potongnya cepat.
"Iya Jendral, dia jurinya"
"Oh, pantas. Mmmm, tunggu! kembali ke pertanyaan awal saya. Sedang apa kamu dikawasan ini malam-malam perempuan muda?"
"Tadi saya diusir dari mobil pelanggan"
"Pelanggan? pelanggan apa?" tanya Jendral besar itu.
"Ya pelanggan gitu deh, males bahasnya, Pokoknya diusir" jawab gadis itu dengan cuek sambil kembali menyalakan rokoknya.
"Gara-gara apa kamu sampai diusir begitu?" tanya si patung itu serius.
"Kena gigi" jawabnya santai.
Sekarang Jendral besar seberat empat ton yang berdiri sejak 2003 itu tampak salah tingkah.
"Mmmmmm, nak....., apakah kamu...."
"Pelacur? IYA" jawab si gadis dengan santai sambil menghembuskan asap.
"Bukan begitu, tapi anu...."
"Apa sih pak anu-anu? Intinya saya ini wanita yang kotornya udah ga bisa dibersihin dengan cara mandi sejuta ribu kali. Jadi kali ini, anda bisa menurunkan tangan karena saya tidak pantas untuk dihormati." kali ini suaranya lebih terdengar pelan. Seperti ada suatu yang mengganjal ditenggorokan. Hidungnya mulai memerah, dari mata yang indah itu tiba-tiba turun gerimis.
Wanita ini terus menghisap rokoknya dengan paksa, hanya karena dia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Kedua telapak tangannya dipakai untuk menutupi wajah. Dia menunduk, tak mampu menatap dunia yang dianggapnya telah memalingkan muka. Malam itu hening, sepi, seperti hatinya yang telah dia paksa pergi.
Menit-menit yang dia paksa diam telah berlalu, sang gadis menoleh kearah Seorang jendral besar milik bangsa ini, untuk memastikan dia tidak sendiri.
"Jendral, mengapa engkau masih saja belum berhenti menghormat?" tanyanya dengan bergetar
"Aku terlahir kembali untuk menghormat pada Kalian, Negara Indonesia yang berkilau. Termasuk, engkau..."(hartbreaker)